KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang
berjudul “Pendidikan Masa Nabi“
dengan tepat waktu. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1.
…….
2.
…….
3.
…….
Penulis menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Saya
berharap makalah ini menjadi referensi lanjutan dan bermanfaat bagi pembacanya.
amin…
Jakarta, 11 November
2015
Harun Arrosyid
DAFTAR ISI
HAL
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................1
DAFTAR
ISI........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
1.1 Latar Belakang
Masalah..................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3
Tujuan Masalah ……………………………………………………………………..…4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
2.1 Tahapan
pendidikan masa Mekah dan Madinah ……………………………………….5
2.2
Lembaga pendidikan dan sistem pembelajaran…………………………………………7
2.3 Materi
dan kurikulum pendidikan …………………………………………………..….8
2.4 Metode
pengajaran Rasulullah …………………………………………………………9
BAB III PENUTUP..........................................................................................................10
4.1
Simpulan...........................................................................................................................10
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Mempelajari
Sejarah Pendidikan Islam sangatlah penting, terutama bagi pelajar-pelajar islam
dan pemimpin-pemimpin islam pada era globalisasi seperti saat sekarang ini.
Dengan mempelajari sejarah pendidikan islam kita dapat mengetahui sebab
kemajuan dan kemunduran islam baik secara pendidikannya maupun cara ajarannya.
Khususnya pendidikan islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Sebagai
umat islam, hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna menumbuhkan wawasan
generasi mendatang di dalam pengetahuan sejarah pendidikan islam. Sejarah
Pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW terdapat dua periode. Yaitu
periode Makkah dan Madinah.
Pada
periode Makkak, Nabi Muhammad lebih menitik beratkan pembinaan Moral dan Akhlak
serta tauhit kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah dan pada periode di
MadinahNabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di bidang sosial politik.
Disinilah Pendidikan Islam berkembang.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Tahapan pendidikan masa Mekah dan Madinah ?
2. Bagaimana Lembaga pendidikan dan sistem pembelajaran ?
3. Bagaimana Materi dan kurikulum pendidikan ?
4. Bagaimana Metode pengajaran Rasulullah ?
1.3 Tujua
Masalah
Makalah ini kami buat dengan tujuan
untuk
1. Untuk mengetahui Tahapan pendidikan masa Mekah dan Madinah ?
2. Untuk mengetahui Lembaga pendidikan dan sistem pembelajaran ?
3. Untuk mengetahui Materi dan kurikulum pendidikan ?
4. Untuk mengetahui Metode pengajaran Rasulullah
?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Tahapan
pendidikan masa Mekah dan Madinah
Pola pendidikan yang dilakukan
Rasulullah Sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah yang disampaikan kepada kaum
Quraisy. Dalam hal ini Kamaruzzaman di dalam buku Sejarah Pendidikan Islam
membagi kepada 3 tahap:
·
Tahap
pendidikan Islam secara sembunyi-sembunyi dan perorangan
Pada awal turunnya wahyu pertama
Al Quran surat Al Alaq ayat 1-5, Pola pendidikan yang dilakukan adalah
sembunyi-sembunyi mengingat kondisi sosial-politik yang belum stabil, dimulai
dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik isterinya,
Khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh
anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah
tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat
karibya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut di sampaikan
secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku
Quraisy. Seperti
Usman bin Affan, Zubair ibn Awam, Sa’ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf,
Talhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Aiqam ibn Arqam, dan beberapa
orang lainnya, mereka semua tahap awal ini disebut dengan Assabiquna al awwalun, artinya orang-orang yang mula-mula masuk
Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang
pertama pada era awal ini adalah, rumah Arqam ibn Arqam.[1]
·
Tahap Pendidikan Islam secara terang-terangan
Pendidikan
secara sembunyi-sembunyi berlangsung selam tiga tahun, kemudian turun wahyu
berikutnya, yang memerintahkan agar Rasulullah SAW berdakwah secara terbuka dan
terangan-terangan.[2]
Firman Allah SWT :
Artinya :
Maka sampaikan olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik ( QS.Al Hijr : 94 )
Perintah dakwah terang-terangan ini
seiring dengan semakin bertambah banyaknya jumlah sabahat Nabi SAW serta untuk
meningkatkan jangkauan seruan dakwah. Banyak tantangan dan penderitaan yang
diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya dari kaum Quraisy, namun hal itu tidak
menggoyahkan semangat untuk terus mempelajari ajaran Islam dan terus berdakwah.
·
Tahap
pendidikan Islam untuk Umum
Hasil
seruan dakwah secara terang-terangan yang berfous kepada keluarga dekat,
kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka Rasulullah
mengubah strategi dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih
kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala
internasional tersebut, didasarkan kepada perintah Allah, surat al-Hijr Ayat
94-95.[3]
Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah
mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima,
kecuali kelompok jama’ah Haji dari Yastrib, Kabilah Khazraj, yang menerima
dakwah secara antusias. Dari sinilah Islam memancar keluar Makkah.[4]
2.2 Lembaga pendidikan dan sistem pembelajaran
Lembaga pendidikan Islam pada fase
Makkah, ada dua macam atau tempat, yaitu: Rumah Arqam ibn Arqam dan Kuttab.
Dalam catatan sejarah pendidikan
Islam di periode Mekkah, menyebutkan ada dua tempat yang menjadi lembaga
pendidikan Islam pada periode Mekkah, di antaranya :Rumah Arqam ibn Arqam dan Kuttab
Rumah Arqam ibn Arqam merupakan
tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah Saw untuk belajar
hukum-hukum dan dasar-dasar ajaran Islam. Rumah ini merupakan lembaga
pendidikan pertama atau madrasah yang pertama sekali dalam Islam, adapun yang
mengajar dalam lembaga tersebut adalah Rasulullah sendiri.
Dalam Sejara
Pendidikan Islam, istilah Kuttab[5]
telah dikenal di kalangan bangsa Arab pra-Islam. Ahmad Syalaby mengatakan
bahwa, Kuttab sebagai lembaga
pendidikan terbagi dua, yaitu: pertama, Kuttab
berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab. Kuttab jenis pertama ini, merupakan
lembaga pendidikan dasar yang hanya mengerjakan baca tulis. Pada mulanya
Pendidikan Kuttab berlangsung di
Rumah-rumah para guru atau di pekarangan sekitar masjid. Materi yang diajarkan
dalam pelajaran baca tulis ini adalah puisi atau pepatah-pepatah Arab yang
mengandung nilai-nilai tradisi yang baik.[6]
Kedua, sebagai pengajaran Al-Qur’an dan dasar-dasar
agama Islam. Pengajaran Teks Al-Qur’an pada jenis Kuttab yang kedua ini, setelah qurra dan huffiazh (ahli baca dan
penghafal al-Qur’an telah banyak).[7]
Jenis institusi kedua ini merupakan lanjutan dari Kuttab tingkat pertama, setelah siswa memiliki kemampuan baca
tulis. Pada jenis yang kedua ini siswa diajari pemahaman Al-Qur’an, dasar-dasar
agam Islam, juga diajarkan ilmu gramatika bahasa Arab, dan aritmetika. Dua tempat pendidikan tersebut, menjadi dasar perkembangan tempat-tempat
pendidikan yang semakin berkembangnya zaman, adanya inovasi, khususnya pada
bangunan tempat pendidikan, guna mengkondusifkan sebuah pengajaran.[8]
Pada
fase Makkah Rasulullah beserta para sahabatnya menghadapi sebuah tantangan dan
ancaman dari kaum Quraisy. Menurut Ahmad Salaby, sebagaimana yang dikutip
soekarno, bahwa factor-faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan
islam yaitu persaingan kekuasaan, khawatir pembangkitan agama Islam, takdir
kepada nenek moyang secara membabi buta, memperniagakan patung. Menghadapi
tantangan dan ancaman tersebut Rasulullah SAW dan para sahabat memutuskan untuk
hijrah ke Madinah. Meskipun begitu hijrahnya kaum muslimin dari Makkah ke
Madinah bukan saja dikarenakan tekanan dan ancaman Kuffar Quraisy, akan tetapi merupakan salah satu momentum strategi
untuk membentuk formulasi baru dalam pengembangan dakwah dan Pendidikan Islam
berikutnya.
Ketika
Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madiah salah satu program pertama yang
dilakukan beliau adalah pembangunan sebuah masjid, meskipun demikian,
eksistensi Kuttab sebagai lembaga
pendidikan di Madinah, tetap di manfaatkan setelah hijrah ke Madinah. Bahkan
materi dan penyajiannya lebih dikembangkan seiring dengan semakin banyaknya
wahyu yang diterima Rasulullah.
2.3 Materi dan kurikulum pendidikan
Salah satu komponen operasional pendidikan Islam adalah kurikulum, ia
mengandung materi yang diajarkan secara sistematis dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Adapun kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah baik di
Makkah maupun di Madinah adalah Al-Quran, yang Allah wahyukan sesuai dengan
kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang di alami umat Islam saat ini.
Karena itu, dalam prakteknya tidak saja logis dan rasional tetapi juga seara
fitrah dan pragmatis. Hasil dari cara yang demikian itu dapat dilihat dari
sikap rohani dan mental para pengikutnya yang dipancarkan kedalam sikap hidup
yang bermental dan semangat yang tangguh, tabah, dan sabar tetapi aktif dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya.[9]
Mahmud Yunus mengklasifikasikan
materi pendidikan kepada dua macam, yaitu materi pendidikan yang di berikan di Mekkah
dan materi pendidikan di Madinah. Pada fase Mekkah terdapat tiga macam inti
sari materi pelajaran yang diberikan di Mekkah yaitu keimanan, ibadah dan
akhlak. Sedangkan materi pendidikan di Madinah dapat diklasifikasikan sebagai
berikut, pendidikan keimanan, pendidikan ibadah, pendikan akhlak, pendidikan
kesehatan (jasmani), pendidikan kemasyarakatan,.[10]
Adapun pendapat dari Zukhairini
membagi materi pendidikan pada fase Makkah kepada dua bagian, yaitu: pendidikan
Taukhid dan pengajaran Al-Quran.[11]
Sedangkan pada fase Madinah materi yang diberikan cangkupanya lebih komplit
dibandingkan dari materi pendidikan pada fase Makkah seperti pembentukan dan
pembinaan masyarakat baru menuju status sosial dan poitik, materi pendidikan
social dan kewarganegaraan, materi pendidikan khusus untuk anak-anak, materi
pendidikan untuk pertahanan dan ketahanan dakwah Islam.
Disamping materi pendidikan yang
telah disampaikan diatas, terdapat juga materi baca tulis. Selain itu Nabi
menyuruh sahabat untuk belajar bahasa Asing. Nabi berkata kepada Zaid bin
Tsabit, “saya hendak berkirim surat kepada suatu kaum. Saya khawatir mereka
menambah-nambah atau mengrangi, sebab itu hendaklah engkau pelajari bahasa
syuryani (bahasa Yahudi).
2.4 Metode pengajaran Rasulullah
Metode pengajaran ialah cara yang digunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh
karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses
mengajar dan belajar. Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat
menumbuhkan kegiatan belajar siswa.[12]
Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan
dalam mengajar para sahabat, Rasulullah SAW. Menggunakan bermacam metode. Hal
ini dilakukan untuk menghindarkan kebsanan dan kejenuhan siswa. Diantara metode
yang diterapkan Rasulullah adalah, metode ceramah, metode dialog, metode
diskusi atau Tanyajawab, metode demonstrasi, metode eksperimen.
Adapun didalam buku “Tarbiyat Islamiyat” yang ditulis
Najb Khalid Al-Amar mengatakan bahwa, metode pendidikan islam yang dilakukan
Nabi Muhammad SAW. Pada periode Mekah dan madinah adalah melalui teguran
langsung, sindiran, pemutusan dari jamaah, pemukulan, perbandingan kisah
orang-orang terdahulu, menggunakan kata isyarat, dan keteladana
BAB III PENUTUP
4.1 Simpulan
Kedudukan Rasulullah sebagai pendidik ideal dalam pendidikan
islam, dapat dilihat dari perananya yang sangat luar biasa dalam pengelolaan
dan pengembangan sisitem pendidikan, meskipun dengan menggunakan sarana dan
prasarana yang sangat sederhana, ia berhasil “menelurkan” out put yang berkualitas. Dalam waktu yang relative singkat, bangsa
Arab yang pada mulanya hidup dalam kejahiliahan dan kegelapan menjadi Negara,
berdaulat, berperadaban tinggi, bahwa telah menghantar bangsa Arab menjadi
Negara Adikuasa terutama pada fase awal pemerintahan dinasti Abbasiyah.
Ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran, karena kondisi yang sangat seberhana,
maka Rasulullah menerapkan sistem halaqah
yang berlangsung dirumah, masjid, dan kuttab.
Sistem halaqah adalah system
melingkar, antara peserta didik lututnya saling bersentuhan, sementara guru
duduk di posisi sentral. System seperti ini buhan saja menyentuh dimensi
kognitif peserta didik, akan tetapi juga menyentuh aspek emosional dan
spiritual, rasa persaudaraan yang tnggi antar sesama.
Metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah bervariasi,
sehingga dapat menghilangkan rasa kejenuhan dan kebosanan peserta didik dalam
belajar Metode pendidikan diterapkan sesuai dengan materi yang disampaikan dan
pesera didik. Metode yang diterapkan Rasulullah antara lain adalah metode Tanya
jawab, demonstrasi, uswat al-hasanat, dan
sebagainya. Rasulullah menyeleksi materi dan metode pendidikan, dengan materi
dan metode yang tepat, sesuai dengan kondisi, situasi, pertumbuhan dan
perkembangan psikologis peserta didik, sehingga mengundang minat dan keinginan
para sahabat untuk menguasai setiap materi yang disampaikan Rasulullah.
DAFTAR PUSTAKA
·
Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah, (Jakarta: Tintamas 1972
·
Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam,
(Bandung: Angkasa Bandung, 1990).
·
Secara etimologi Kuttab berasal dari bahasa Arab, yaitu kataba, yaktubu kitaaban yang artinya, “telah menulis”,”sedang
menulis”,dan”tulisan”. Sedangkan maktab,
artinya “meja” atau “tempat untuk menulis”.
·
Ahmad Salaby, History of Muslim Education (Beirut:Dr al-Kasysyaf,1995),
·
Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, (Ciputat:Quantum
Teaching,2005),
·
Samsul Nizar, Op. citt.,
·
Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam,
(Bandung: Penerbit Angkasa Bandung, 1990),
·
Zukhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),
·
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: sinar Baru
Algesindo, 2004),
[1] Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah, (Jakarta: Tintamas 1972,
h. 30
[2] Lihat QS.Al-Hijr:94.
[3] Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam,
(Bandung: Angkasa Bandung, 1990). Cet. Ke -2, h. 32.
[4] Ibid., h. 33.
[5] Secara etimologi Kuttab berasal dari bahasa Arab, yaitu kataba, yaktubu kitaaban yang artinya,
“telah menulis”,”sedang menulis”,dan”tulisan”. Sedangkan maktab, artinya “meja” atau “tempat untuk menulis”.
[6] Ahmad Salaby, History of Muslim Education (Beirut:Dr
al-Kasysyaf,1995), h. 16.
[7] Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan
Islam, (Ciputat:Quantum Teaching,2005), cet ke-1. h.9-10.
[8] Samsul Nizar, Op. citt., h. 9
[9] Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam,
(Bandung: Penerbit Angkasa Bandung, 1990), cet ke 2. Hal 31.
[10]
Ibid. 17-19
[11]
Zukhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1997), cet ke 5. Hal 23-31.
[12]
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: sinar Baru Algesindo, 2004), hal 76.