Selasa, 08 Desember 2015

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM



KATA PENGANTAR

      Puji syukur penulis panjatan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul “Pendidikan Masa Nabi“ dengan tepat waktu. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1.      …….
2.      …….
3.      …….
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Saya berharap makalah ini menjadi referensi lanjutan dan bermanfaat bagi pembacanya. amin…






Jakarta,  11 November  2015


Harun Arrosyid


DAFTAR ISI

HAL
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I    PENDAHULUAN................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah ……………………………………………………………………..…4
BAB II      PEMBAHASAN.................................................................................................5
2.1 Tahapan pendidikan masa Mekah dan Madinah ……………………………………….5
2.2 Lembaga pendidikan dan sistem pembelajaran…………………………………………7
2.3 Materi dan kurikulum pendidikan …………………………………………………..….8
2.4 Metode pengajaran Rasulullah …………………………………………………………9
BAB III    PENUTUP..........................................................................................................10
4.1 Simpulan...........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11










BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam sangatlah penting, terutama bagi pelajar-pelajar islam dan pemimpin-pemimpin islam pada era globalisasi seperti saat sekarang ini. Dengan mempelajari sejarah pendidikan islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran islam baik secara pendidikannya maupun cara ajarannya. Khususnya pendidikan islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Sebagai umat islam, hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna menumbuhkan wawasan generasi mendatang di dalam pengetahuan sejarah pendidikan islam. Sejarah Pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW terdapat dua periode. Yaitu periode Makkah dan Madinah.
Pada periode Makkak, Nabi Muhammad lebih menitik beratkan pembinaan Moral dan Akhlak serta tauhit kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah dan pada periode di MadinahNabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di bidang sosial politik. Disinilah Pendidikan Islam berkembang.

           







1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai            berikut:
1.      Bagaimana Tahapan pendidikan masa Mekah dan Madinah ?
2.      Bagaimana Lembaga pendidikan dan sistem pembelajaran ?
3.      Bagaimana Materi dan kurikulum pendidikan ?
4.      Bagaimana Metode pengajaran Rasulullah ?


1.3  Tujua Masalah

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk
1.      Untuk mengetahui Tahapan pendidikan masa Mekah dan Madinah ?
2.      Untuk mengetahui Lembaga pendidikan dan sistem pembelajaran ?
3.      Untuk mengetahui Materi dan kurikulum pendidikan ?
4.      Untuk mengetahui Metode pengajaran Rasulullah ?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Tahapan pendidikan masa Mekah dan Madinah
Pola pendidikan yang dilakukan Rasulullah Sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah yang disampaikan kepada kaum Quraisy. Dalam hal ini Kamaruzzaman di dalam buku Sejarah Pendidikan Islam membagi kepada 3 tahap:
·         Tahap pendidikan Islam secara sembunyi-sembunyi dan perorangan
Pada awal turunnya wahyu pertama Al Quran surat Al Alaq ayat 1-5, Pola pendidikan yang dilakukan adalah sembunyi-sembunyi mengingat kondisi sosial-politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik isterinya, Khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut di sampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy. Seperti Usman bin Affan, Zubair ibn Awam, Sa’ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Talhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Aiqam ibn Arqam, dan beberapa orang lainnya, mereka semua tahap awal ini disebut dengan Assabiquna al awwalun, artinya orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah, rumah Arqam ibn Arqam.[1]
·         Tahap Pendidikan Islam secara terang-terangan
Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung selam tiga tahun, kemudian turun wahyu berikutnya, yang memerintahkan agar Rasulullah SAW berdakwah secara terbuka dan terangan-terangan.[2] Firman Allah SWT :
Artinya :
Maka sampaikan olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik ( QS.Al Hijr : 94 )
Perintah dakwah terang-terangan ini seiring dengan semakin bertambah banyaknya jumlah sabahat Nabi SAW serta untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya dari kaum Quraisy, namun hal itu tidak menggoyahkan semangat untuk terus mempelajari ajaran Islam dan terus berdakwah.
·         Tahap pendidikan Islam untuk Umum
Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang berfous kepada keluarga dekat, kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka Rasulullah mengubah strategi dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala internasional tersebut, didasarkan kepada perintah Allah, surat al-Hijr Ayat 94-95.[3] Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali kelompok jama’ah Haji dari Yastrib, Kabilah Khazraj, yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah Islam memancar keluar Makkah.[4]











2.2 Lembaga pendidikan dan sistem pembelajaran
Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah, ada dua macam atau tempat, yaitu: Rumah Arqam ibn Arqam dan Kuttab.
Dalam catatan sejarah pendidikan Islam di periode Mekkah, menyebutkan ada dua tempat yang menjadi lembaga pendidikan Islam pada periode Mekkah, di antaranya :Rumah Arqam ibn Arqam dan Kuttab
Rumah Arqam ibn Arqam merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah Saw untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar ajaran Islam. Rumah ini merupakan lembaga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama sekali dalam Islam, adapun yang mengajar dalam lembaga tersebut adalah Rasulullah sendiri.
 Dalam Sejara Pendidikan Islam, istilah Kuttab[5] telah dikenal di kalangan bangsa Arab pra-Islam. Ahmad Syalaby mengatakan bahwa, Kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua, yaitu: pertama, Kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab. Kuttab jenis pertama ini, merupakan lembaga pendidikan dasar yang hanya mengerjakan baca tulis. Pada mulanya Pendidikan Kuttab berlangsung di Rumah-rumah para guru atau di pekarangan sekitar masjid. Materi yang diajarkan dalam pelajaran baca tulis ini adalah puisi atau pepatah-pepatah Arab yang mengandung nilai-nilai tradisi yang baik.[6]
Kedua, sebagai pengajaran Al-Qur’an dan dasar-dasar agama Islam. Pengajaran Teks Al-Qur’an pada jenis Kuttab yang kedua ini, setelah qurra dan huffiazh (ahli baca dan penghafal al-Qur’an telah banyak).[7] Jenis institusi kedua ini merupakan lanjutan dari Kuttab tingkat pertama, setelah siswa memiliki kemampuan baca tulis. Pada jenis yang kedua ini siswa diajari pemahaman Al-Qur’an, dasar-dasar agam Islam, juga diajarkan ilmu gramatika bahasa Arab, dan aritmetika. Dua tempat pendidikan tersebut, menjadi dasar perkembangan tempat-tempat pendidikan yang semakin berkembangnya zaman, adanya inovasi, khususnya pada bangunan tempat pendidikan, guna mengkondusifkan sebuah pengajaran.[8]
Pada fase Makkah Rasulullah beserta para sahabatnya menghadapi sebuah tantangan dan ancaman dari kaum Quraisy. Menurut Ahmad Salaby, sebagaimana yang dikutip soekarno, bahwa factor-faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan islam yaitu persaingan kekuasaan, khawatir pembangkitan agama Islam, takdir kepada nenek moyang secara membabi buta, memperniagakan patung. Menghadapi tantangan dan ancaman tersebut Rasulullah SAW dan para sahabat memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Meskipun begitu hijrahnya kaum muslimin dari Makkah ke Madinah bukan saja dikarenakan tekanan dan ancaman Kuffar Quraisy, akan tetapi merupakan salah satu momentum strategi untuk membentuk formulasi baru dalam pengembangan dakwah dan Pendidikan Islam berikutnya.
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madiah salah satu program pertama yang dilakukan beliau adalah pembangunan sebuah masjid, meskipun demikian, eksistensi Kuttab sebagai lembaga pendidikan di Madinah, tetap di manfaatkan setelah hijrah ke Madinah. Bahkan materi dan penyajiannya lebih dikembangkan seiring dengan semakin banyaknya wahyu yang diterima Rasulullah.

2.3 Materi dan kurikulum pendidikan
Salah satu komponen operasional pendidikan Islam adalah kurikulum, ia mengandung materi yang diajarkan secara sistematis dengan tujuan yang telah ditetapkan. Adapun kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah baik di Makkah maupun di Madinah adalah Al-Quran, yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang di alami umat Islam saat ini. Karena itu, dalam prakteknya tidak saja logis dan rasional tetapi juga seara fitrah dan pragmatis. Hasil dari cara yang demikian itu dapat dilihat dari sikap rohani dan mental para pengikutnya yang dipancarkan kedalam sikap hidup yang bermental dan semangat yang tangguh, tabah, dan sabar tetapi aktif dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.[9]
            Mahmud Yunus mengklasifikasikan materi pendidikan kepada dua macam, yaitu materi pendidikan yang di berikan di Mekkah dan materi pendidikan di Madinah. Pada fase Mekkah terdapat tiga macam inti sari materi pelajaran yang diberikan di Mekkah yaitu keimanan, ibadah dan akhlak. Sedangkan materi pendidikan di Madinah dapat diklasifikasikan sebagai berikut, pendidikan keimanan, pendidikan ibadah, pendikan akhlak, pendidikan kesehatan (jasmani), pendidikan kemasyarakatan,.[10]
            Adapun pendapat dari Zukhairini membagi materi pendidikan pada fase Makkah kepada dua bagian, yaitu: pendidikan Taukhid dan pengajaran Al-Quran.[11] Sedangkan pada fase Madinah materi yang diberikan cangkupanya lebih komplit dibandingkan dari materi pendidikan pada fase Makkah seperti pembentukan dan pembinaan masyarakat baru menuju status sosial dan poitik, materi pendidikan social dan kewarganegaraan, materi pendidikan khusus untuk anak-anak, materi pendidikan untuk pertahanan dan ketahanan dakwah Islam.
            Disamping materi pendidikan yang telah disampaikan diatas, terdapat juga materi baca tulis. Selain itu Nabi menyuruh sahabat untuk belajar bahasa Asing. Nabi berkata kepada Zaid bin Tsabit, “saya hendak berkirim surat kepada suatu kaum. Saya khawatir mereka menambah-nambah atau mengrangi, sebab itu hendaklah engkau pelajari bahasa syuryani (bahasa Yahudi).

2.4 Metode pengajaran Rasulullah
Metode pengajaran ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.[12]
Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para sahabat, Rasulullah SAW. Menggunakan bermacam metode. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan kebsanan dan kejenuhan siswa. Diantara metode yang diterapkan Rasulullah adalah, metode ceramah, metode dialog, metode diskusi atau Tanyajawab, metode demonstrasi, metode eksperimen.
Adapun didalam buku “Tarbiyat Islamiyat” yang ditulis Najb Khalid Al-Amar mengatakan bahwa, metode pendidikan islam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Pada periode Mekah dan madinah adalah melalui teguran langsung, sindiran, pemutusan dari jamaah, pemukulan, perbandingan kisah orang-orang terdahulu, menggunakan kata isyarat, dan keteladana
BAB III    PENUTUP
4.1 Simpulan
Kedudukan Rasulullah sebagai pendidik ideal dalam pendidikan islam, dapat dilihat dari perananya yang sangat luar biasa dalam pengelolaan dan pengembangan sisitem pendidikan, meskipun dengan menggunakan sarana dan prasarana yang sangat sederhana, ia berhasil “menelurkan” out put yang berkualitas. Dalam waktu yang relative singkat, bangsa Arab yang pada mulanya hidup dalam kejahiliahan dan kegelapan menjadi Negara, berdaulat, berperadaban tinggi, bahwa telah menghantar bangsa Arab menjadi Negara Adikuasa terutama pada fase awal pemerintahan dinasti Abbasiyah. Ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran, karena kondisi yang sangat seberhana, maka Rasulullah menerapkan sistem halaqah yang berlangsung dirumah, masjid, dan kuttab. Sistem halaqah adalah system melingkar, antara peserta didik lututnya saling bersentuhan, sementara guru duduk di posisi sentral. System seperti ini buhan saja menyentuh dimensi kognitif peserta didik, akan tetapi juga menyentuh aspek emosional dan spiritual, rasa persaudaraan yang tnggi antar sesama.
Metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah bervariasi, sehingga dapat menghilangkan rasa kejenuhan dan kebosanan peserta didik dalam belajar Metode pendidikan diterapkan sesuai dengan materi yang disampaikan dan pesera didik. Metode yang diterapkan Rasulullah antara lain adalah metode Tanya jawab, demonstrasi, uswat al-hasanat, dan sebagainya. Rasulullah menyeleksi materi dan metode pendidikan, dengan materi dan metode yang tepat, sesuai dengan kondisi, situasi, pertumbuhan dan perkembangan psikologis peserta didik, sehingga mengundang minat dan keinginan para sahabat untuk menguasai setiap materi yang disampaikan Rasulullah.










DAFTAR PUSTAKA

·         Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah, (Jakarta: Tintamas 1972
·         Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa Bandung, 1990).
·         Secara etimologi Kuttab berasal dari bahasa Arab, yaitu kataba, yaktubu kitaaban yang artinya, “telah menulis”,”sedang menulis”,dan”tulisan”. Sedangkan maktab, artinya “meja” atau “tempat untuk menulis”.
·         Ahmad Salaby, History of Muslim Education (Beirut:Dr al-Kasysyaf,1995),
·         Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, (Ciputat:Quantum Teaching,2005),
·         Samsul Nizar, Op. citt.,
·         Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Penerbit Angkasa Bandung, 1990),
·         Zukhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),
·         Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: sinar Baru Algesindo, 2004),



[1] Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah, (Jakarta: Tintamas 1972, h. 30
[2] Lihat QS.Al-Hijr:94.
[3] Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa Bandung, 1990). Cet. Ke -2, h. 32.
[4] Ibid., h. 33.
[5] Secara etimologi Kuttab berasal dari bahasa Arab, yaitu kataba, yaktubu kitaaban yang artinya, “telah menulis”,”sedang menulis”,dan”tulisan”. Sedangkan maktab, artinya “meja” atau “tempat untuk menulis”.
[6] Ahmad Salaby, History of Muslim Education (Beirut:Dr al-Kasysyaf,1995), h. 16.
[7] Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, (Ciputat:Quantum Teaching,2005), cet ke-1. h.9-10.
[8] Samsul Nizar, Op. citt., h. 9
[9] Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Penerbit Angkasa Bandung, 1990), cet ke 2. Hal 31.
[10] Ibid. 17-19
[11] Zukhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), cet ke 5. Hal 23-31.
[12] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: sinar Baru Algesindo, 2004), hal 76.